Meski beberapa waktu lalu pemerintah sudah mencanangkan BBM Satu Harga di Papua, faktanya hingga saat ini harga BBM eceran di distrik Kirihi, kabupaten Waropen, tembus Rp 100 ribu per liter
SPBU Mini distrik Kirihi, Waropen Papua (Foto Jubi) |
Menurut berita yang dilansir detik finance, bahwa harga BBM di Papua sudah merata satu harga, terdapat pada artikel "Harga BBM di 9 Daerah Pedalaman Papua Ini Sudah Sama dengan Jawa" (Senin 17 Apr 2017, 08:33 WIB), namun berita sebaliknya yang kami akses dari portal tabloidjubi.com, portal lokal Papua justru menunjukkan sebaliknya. Berita yang terbit pada Sabtu, 04 November 2017 — 07:35 waktu setempat, dengan judul "Harga BBM eceran di Kirihi Waropen Rp 100 ribu per liter".
Berikut kami kutipkan untuk pembaca.
**
Dr Leonardo, dokter pegawai tidak tetap (PTT), yang sudah setahun mengabdi di distrik Kirihi, kabupaten Waropen, provinsi Papua, mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM) eceran jenis premium di wilayah itu mencapai Rp 100 ribu per liter.
"Harga bensin di Kirihi masih mahal sekali. Masyarakat menjualnya dengan harga Rp100 ribu per liter. Mau tidak mau harus beli kalau mendadak dibutuhkan," ujarnya, ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Jumat (3/11/2017).
Jika berkesempatan pergi ke kota Nabire ia berusaha untuk membeli bensin secukupnya, untuk digunakan pada mesin babat yang sering digunakan untuk membabat rumput di halaman rumah dan puskesmas.
"Kalau saya ke kota dan lupa beli bensin, ya terpaksa saya harus beli di Kirihi dengan harga Rp 100 ribu per liter. Mau tidak mau harus beli karena mau dapat dimana lagi," ujarnya.
Kendati demikian, kata Leonardo, harga sayur-mayur di daerah relatif murah karena banyak dihasilkan masyarakat setempat. Bahkan, warga sering membawakannya sayur untuk dikonsumsi.
"Masyarakat di Kirihi sering antarkan saya sayur, tapi saya juga sudah punya kebun sendiri jadi sering panen untuk dimasak," ujarnya.
Ketika bepergian ke kota Nabire, ia tidak hanya membeli bensin tapi juga membeli bumbu dapur dan mie instan, serta bahan makanan lainya.
"Saya beli mie instan dan ikan kaleng itu berkarton-karton, karena mie instan dijual warga di Kirihi Rp 50 ribu per bungkus," ujarnya.
Dokter Leonardo juga mengungkapkan bahwa warga yang tinggal di Kirihi tidak mengenal pecahan uang Rp 2.000 hingga Rp 20 ribu.
"Mereka hanya mengenal pecahan uang Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu, sehingga satu bungkus mi instan pun dijual dengan harga Rp 50 ribu," ujarnya.
"Saya heran dan tidak percaya kalau warga yang tinggal di Kirihi menjual satu bungkus mi instan dengan harga Rp 50 ribu," ujarnya.
Kirihi adalah satu distrik terjauh dari kabupaten Waropen. Distrik itu berbatasan langsung dengan kabupaten Nabire. Satu-satunya moda transportasi ke Kirihi hanya dengan pesawat berbadan kecil. (tabloid JUBI, papaua)
0 comments:
Post a Comment