Uang lebihan belanja yang dikumpulkan selama hampir lima tahun, nyatanya sudah terkumpul hingga mencapai dua puluh juta lebih.
Tekad bulat untuk memenuhi panggilan-Nya ke tanah suci, menjadi impian yang tak terbedung, berharap diberikan kesehatan dan kekuatan iman untuk bisa sampai ke Ka’bah.
Mendung yang mengepul pagi itu, mengawali hari memburamkan suasana, orang-orang menjadi malas untuk sekedar keluar rumah, namun tidak bagi pak Iman (bukan nama sebenarnya). Bersama istri dan kedua anaknya, beliau sengaja keluar rumah hendak ke Bank Syariah untuk menyimpan uang guna berangkat Haji.
Ketika hendak berjalan menuju jalan raya menunggu angkutan umum, dia melihat becak melintas dengan membawa tetangganya yang terkulai lemas tak sadarkan diri.
Sang istri yang tengah menemaninya, bermuka sedih bercampur panik, belumlah terlalu jauh, pak Iman menghampiri dan bertanya,
“Pak Parmin kenapa, Bu?”
“Sakit, pak. Sudah 3 hari dadanya tersa sakit”
***
Sore hari ketika tengah bersantai di teras, istri pak Parmin, datang menghampiri dengan keadaan sedih. Dia bercerita bahwa saat ini kondisi suaminya dalam keadaan kritis, ada penyempitan dibagian paru-parunya, dan harus dioperasi.
Tak tanggung tanggung, biaya yang diperlukan untuk operasi tersebut sebesar dua puluh juta rupiah.
Setelah semalaman bermusyawaroh dengan istrinya, Akhirnya pak Iman memutuskan mengambil kembali uang simpanan dan meminjamkannya ke keluarga pa Parmin untuk biaya operasi.
***
Dua tahun kemudian, setelah musim haji berlalu, orang-orang yang tengah berangkat haji telah kebali pulang ke tanah air.
Di sebuah masjid, pak Iman yang tengah dalam perjalanan pulang menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat asyar.
Ketika hendak melanjutkan perjalan pulang ke rumah, pak Iman disapa oleh seorang laki-laki.
0 comments:
Post a Comment