Aksi Bela Palestina di Monas (17/12/2017). Foto: @Netizentofa |
Hampir seluruh negara di dunia menyerukan pembelaan untuk Palestina. Namun, selalu hanya bendera Indonesia yang mereka kibarkan mendampingi bendera Palestina.
foto: buku "Diplomasi Revolusi RI di Luar Negeri" |
Dalam buku "Diplomasi Revolusi Indonesia Di Luar Negeri (Perdjoangan pemuda/Mahasiswa Indonesia di TIMUR TENGAH)", penerbit Boelan Bintang, Zein Hassan Lc. Lt., menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
Dukungan Palestina ini diwakili oleh mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini yang secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944.
Buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" memaparkan demikian bersimpatinya tokoh-tokoh Timur-Tengah dalam menyokong kemerdekaan RI, baik secara moral, material, dan diplomasi meski negeri mereka sendiri berada dalam ancaman sekutu kala itu. Hingga kemudian berbuah pengakuan defacto kedaulatan RI yang pertama kali oleh Negara Mesir.
Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.
Diplomasi revolusi Indonesia di luar negeri ini merupakan kegigihan para pemuda-pelajar Indonesia di Timur Tengah. Seruan-seruan bagi Indonesia merdeka memang telah bergaung dikalangan pemuda-pelajar Indonesia jauh sebelum tahun ketika proklamasi kemerdekaan dibacakan. Perhimpunan-perhimpunan pelajar Indonesia dibentuk hingga kemudian mendapatkan momentumnya pada 17 Agustus 1945. Mereka membentuk panitia-panitia perkumpulan kemerdekaan Indonesia di negara-negara Timur Tengah dengan panitia pusatnya berada di Mesir.
Saat aksi penolakan klaim Yerusalem Ibukota Israel |
Mereka berperan seperti layaknya duta besar dengan menjalin komunikasi dengan para pimpinan negeri-negeri Arab, ulama, ormas yang menghasilkan dukungan sangat kuat kepada Indonesia. Mereka membantah 'black out' propaganda bohong sekutu di luar negeri yang sangat gencar atas perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baik melalui media-media Timteng & media-media internasional maupun dengan mengirim surat/kawat protes, seruan, memorandum secara langsung kepada negara-negara yang bersangkutan atau kepada lembaga internasional seperti PBB.
Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita tersebut disiarkan melalui radio dua hari berturut-turut, disebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan.
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh.
Bantuan muslim Indonesia Musim Dingin (foto Abdullah Onim Gaza) |
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal Volendam milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Yang mencengangkan, mereka menggunakan puluhan kapal boat dengan bendera merah putih yang berkeliaran di pesisir Port Said guna mengejar, menghalau dan melakukan blokade terhadap kapal-kapal perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal Volendam milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Muhammad Ali Taher
Muhammad Ali Taher, seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”.
Muhammad Ali Taher merupakan seorang saudagar kaya berasal dari Palestina. Beliau tidak pernah mengeyam pendidikan di bangku sekolah dan memperoleh segala pengetahuan hanya lewat sekolah Al-Qur’an tradisional (Kouttab). Selama hidupnya Taher memiliki tiga surat kabar yaitu Ashoura, Al-Shahab, dan Al-Alam Al-Masri, yang ketiganya selalu menyuarakan nasionalisme dari negara-negara muslim di Asia dan Afrika termasuk berita tentang Indonesia.
Taher juga berkawan dengan Muhammad Amin Al-Hussaini meskipun hubungan mereka naik dan turun karena berbeda pandangan politik. Tidak banyak yang dapat penulis kenalkan tentang Muhammad ali taher tapi karena keterbatasan Referensi, tetapi itulah sosok yang mungkin sangat mencolok dalam hal dukungan Negara palestina untuk Indonesia merdeka.
Palestina punya tempat sendiri di hati masyarakat dan Negara Indonesia, melalui pemerintah Indonesia tak ujungujung terus menyuarakan akan kemerdekaan Negara palestina baik yang ingin ditekankan atau diingatkan penulis ialah jika memang tidak ada saudagar kaya di negeri ini yang mampu menyumbangkan hartannya untuk kemerdekaan palestina maka perbanyaklah aksi-aksi yang sifatnya kemanusiaan mulai saja dari negeri sendiri lalu implementasikan ke Negara palestina karena bagaimanapun juga Indonesia layak dan harus berterimakasih kepada palestina atas dukungannya memerdekakan NKRI.
Itulah sebabnya, Bendera Indoneia Selalu Dikibarkan Rakyat Palestina dalam setiap aksi mereka.
Tentang Zein Hassan Lc.Lt.
Pengakuan atas Kemerdekaan RI tak lepas dari dukungan negara-negara Timur-Tengah, pemimpin negeri, ulama, pemimpin organisasi, bahkan masyarakat di sana.
M. Zein Hassan, Lc. Lt. adalah orang yang diamanahi sebagai ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia. Sebagai ketua, ia merelakan kesempatan untuk meraih gelar Dr. (S3) yang sudah di depan mata. Ia meninggalkan pelajaran dan bahan-bahan penulisan risalah dengan judul "Kemerdekaan Dalam Islam" yang telah dikumpulkannya selama 2 tahun guna meraih titel ilmiah Dr. yang diidam-idamkan demi perjuangan kemerdekaan tanah air Indonesia.
Sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk 'Panitia Pembela Indonesia'. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.(VT)
0 comments:
Post a Comment