Apa jadinya kalau manusia tidak pernah menangis? Sebesar apapun tubuh seorang pria atau setangguh apapun perempuan, mereka pasti pernah meneteskan air mata. Karena, secara alamiah itu sangat wajar terjadi.
Tapi, berbeda dengan yang terjadi pada Isra Taleb dan saudara kandungnya Naeala. Mereka berdua didiagnosis menderita neuropati sensorik turun-temurun.
Kondisi ini membuat mereka berdua tidak akan pernah bisa merasakan sakit, dingin, ataupun panas. Jadi, bisa dikatakan mau mereka memegang tungku api berapapun suhunya, rasa sakit itu tidak akan pernah terasa oleh tangan mereka.
Karena kondisi itu juga, membuat mereka tidak pernah menangis karena masalah kesakitan. Sedikit informasi, kasus ini terjadi satu dari sejuta jiwa yang mengalaminya. Jadi, dapat dipastikan hanya sedikit orang yang mengalami masalah langka ini.
Sementara itu, meski mereka tidak pernah merasakan sakit di tangannya, itu malah membahayakan diri mereka bahkan bisa melukai diri mereka hingga berisiko pada hal yang sangat parah, kematian.
Satu kasus, salah satu dari mereka menderita demam parah. Kemudian jari dan lutut bengkak, kemerahan, dan infeksi kulit. Semua masalah itu pun berujung pada sulitnya penyembuhan. Ya, bisa dikatakan apa yang mereka alami sama seperti yang dirasakan penderita diabetes yang sudah lama menderita masalah tersebut, luka sebesar apapun, tidak akan pernah terasa!
“Ketika gejala ini terjadi, saat itulah kita tahu ada sesuatu yang tidak benar,' kata Isra pada Daily Mail Australia, Senin (27/11/2017). "Kita harus segera dibawa ke rumah sakit dengan harapan belum sampai ke tulang karena bisa menyebabkan operasi termasuk amputasi,” tambahnya singkat.
Tanda-tanda pertama dari kondisi tersebut terungkap ketika Isra berusia tiga tahun saat dia tidak menangis setelah dia secara tidak sengaja menusukkan jarinya dengan pensil. "Setelah kejadian itu, ibu saya tidak mengerti mengapa saya tidak menangis setelah melukai jari saya sendiri," ungkapnya.
Pada usia tiga tahun, Isra didiagnosa mengalami kondisi tersebut setelah luka di bawah jempol kakinya gagal sembuh. Ketika dokter melihat luka di bawah jempol kaki Isra, mereka mengatakan bahwa luka itu tampak seperti luka pada pria berusia 60 tahun yang menderita diabetes.
"Saya diuji diabetes, tapi hasilnya nihil. Setelah itu, tim ahli bedah saraf datang dan mulai melakukan tes untuk melihat apa yang terjadi dengan saraf saya. Mereka terkejut dengan hasilnya karena mendapati saraf saya tidak sampai ke kaki bagian bawah dan tangan bagian bawah, sehingga menghentikan saya untuk memiliki rasa pada bagian bawah tubuh saya,” jelas Isra.
Tragisnya, adik perempuannya Naeala terpaksa mengamputasi kakinya pada usia 11 tahun setelah butuh waktu lebih dari dua tahun untuk menyembuhkan luka pada anggota tubuhnya.
"Tapi saat Naeala kehilangan kakinya, itu adalah saat emosional bagi keluarga. Butuh waktu lebih dari dua tahun untuk menyembuhkan luka di kakinya melalui antibiotik dan kunjungan ke rumah sakit. Kondisi paling mengkhawatirkan saat suhu tubuhnya mencapai 41 derajat satu malam dan infeksi telah mengambil alih dan mencapai tulangnya. Saya tidak bisa berjalan lama karena jadi cepat lelah, lutut kiri saya sangat bengkak karena tidak memiliki rasa, dan tulang saya memburuk menyebabkan saya menjadi lemah dengan cepat,” cerita Naeala.
Ketika Naeala, yang sekarang hanya duduk di kursi roda, berumur enam bulan, dia kehilangan kakinya setelah didiagnosis. Terkena penyakit serius. Perlu Anda ketahui, Naeala ini pernah mengalami 150 operasi dan amputasi yang tak terhitung jumlahnya pada jari-jarinya.
Sedangkan untuk Isra, dia telah memerangi gangguan yang sama untuk sebagian besar hidupnya. Diungkapkan Isra, kondisi ini telah mempengaruhi dirinya dalam banyak hal, seperti Isra tidak dapat berdiri lama karena lututnya tidak begitu kuat.
Sampai kapan pun mereka berdua tetap tidak akan punya rasa di bagian tertentu tubuhnya dan sekali lagi, itu membahayakan dirinya sendiri. Meski sebetulnya, ketika ada luka, mereka tidak akan pernah merasakan sakit apapun!
Sumber : id.ucnews.ucweb.com
0 comments:
Post a Comment